Jumat, 14 November 2008

Maulid Tanda Kegembiraan Umat


Ketika hampir tiba satnya kelahiran insan tercinta ini, gema ucapan selamat datang yang hangat berkumandang dilangit dan dibumi. Hujan kemurahan Illahi atas penghuni alam atas lebatnya.

Lidah malaikat bergemuruh mengumumkan kabar gembira kuasa Allah menyingkap rahasia tabir tersembunyi, membuat cahaya Nur-Nya terbit sempurna dialam nyata.

"CAHAYA MENGUNGGULI SEGENAP CAHAYA"

Ketetapan-Nya pun terlaksana atas orang pilihan yang ni'mat-Nya disempurnakan bagi mereka, yang menunggu detik-detik kelahiranya, sebagai penghibur pribadinya yang beruntung, dan ikut bergembira mereguk ni'mat berlimpah ini.

Maka hadirlah dengan taufik Allah, As-Sayyidah Maryam dan As-Sayyidah Asiah, bersama sejumlah bidadari dari surga yang beroleh kemuliaan agung yang di bagi-bagikan oleh Allah atas mereka yang dikehendaki.

Dan tibalah saat yang telah di atur Allah bagi kelahiran (Maulud) ini. Maka menyingsinglah fajar keutamaan nan cerah benderang menjulang tingi ......

Dan lahirlah insan terpuji dan terpuji tunduk khusyu' dihadapan Allah, dengan penghormatan tulus dan sembah sujud.

demikianlah syair yang ditujukan atas peristiwa di detik-detik kelahiran Nabi SAW yang digubah oleh Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi

Imam Nawawi Al-Banteny Al-Jawy didalam kitab yang berjudul "Mandaarij" menyatakan : "Bahwa orang yang mementingkan aktif didalam peringatan maulid Nabi Muhammad SAW itu adalah dari pada sebesar-besarnya ibadah yang diisi pembacaan Alqur'an, bersedekah, dan menerangkan sejarah kelahiran Nabi SAW"

من عظم مولدى كنت شفيعا له يوم القيامة ومن انفق درهما في مولدى فكآنما انفق جبلا من الذهب في سبيل الله

" Barang siapa yang membesarkan maulidku akan aku tolong baginya di hari kiamat dan barang siapa yang membelanjakan satu dirham buat peringatan maulidku seolah-olah membelanjakan satu gunung emas untuk sabilillah".

Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq RA. berkata : "Barang siapa yang membesarkan maulid Nabi Muhammad SAW maka aku sahabatnya dihari kiamat".

Sayyidina Umar bin Khattab RA. berkata : "Barang siapa yang membesarkan maulid Nabi Muhammad SAW sesungguhnya orang itu menghidupkan agama islam".

Sayyidina Ustman bin Affan RA berkata : "Barang siapa yang membelanjakan uang satu dirham buat maulid Bani Muhammad SAW maka sesungguhnya orang tersbut seperti hadir diperang badar dan hunaian".

Sayyidina Ali bin Abi Tholib KWH. berkata : "Barang siapa yang membesarkan maulid Nabi Muhammad SAW maka apabila mati masuk sorga".

Imam Syafi'i r.h.m berkata : "siapa yang mengumpulkan saudaranya ditempat maulid Nabi Muhammad SAW lalu menyediakan makanan serta berbuat baik didalamnyamaka orang tersebut di hari kiamat dibangkitkan bersama Shiddiqin, Syuhada dah Sholihin dan berada di surga An-Na'im. namu apa pengertian maulid itu?".

Maulid secara bahasa berarti adalah hari kelahiran adapun maulid yang biasa kita kenal adalah suatu perayaan/peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan secara berjama'ah dibacakan ayat-ayat Alqur'an dan riwayat hidup kekasih Allah Nabi Muhammad SAW serta sholawat dan puji-pujian kepada beliau SAW, dengan maksud mengagungkan martabat nabi Muhammad SAW dan memperlihatkan kegembiraan kaum muslimin menyambut kelahiran beliau SAW.

Assayid Al-Hafizd Al-Musnid Prof.Dr. Muhammad bin Alwy Al-Maliky Al-Hasany mufti mekkah mengutarakan ja'iznya/bolehnya perayaan atau peringatan maulid Nabi SAW didalam kitabnya yang berjudul 'Mafahim Yajibu An Tusahhah", yang kita sebutkan diantaranya :
  1. Maulid nabi memantulkan kegembiraan kaum muslim menyambut junjungan mereka, Nabi Muhammad SAW bahkan orang kafir pun boleh beroleh manfaat dari sikapnya yang menyambut gembira kelahiran beliau seperti Abu Lahab, misalnya. sebuah hadis didalam shohih bhukhori menerangkan, bahwa tiap hari senin Abu Lahab diringankan adzabnya, karena memerdekakan budak perempuanya, tsuwaibah, sebagai tanda kegembiraanya menyambut kelahiran putera saudarnya. 'Abdullah bin Abdulmutholib, yaitu Nabi Muhammad SAW, jadi jika orang kafir saja memperoleh manfaat dari kegembiraan menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW apalagi orang yang beriman.
  2. Rosulullah SAW sendiri menghormati hari kelahiran beliau, dan bersyukur kepada Allah SWT atas karunia ni'matnya yang besar itu. Beliau dilahirkan dialam wujud sebagai hamba Allah yang paling mulia dan rahmat bagi seluruh wujud. Cara beliau menghormati hari kelahiranya ialah dengan berpuasa. Sebuah Hadist dari Abu Qotadah menuturkan, bahwa ketika Rosulullah SAW ditanya oleh beberapa sahabat mengenai puasa beliau tiap hari senin, beliau menjawab: "pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu juga Allah menurunkan wahyu kepadaku" (diriwayatkan oleh Muslim didalam Shohihnya_nya)
Puasa yang beliau lakukan itu merupakan cara beliau memperingati hari mauidnya sendiri. Memang tidak berupa perayaan, tetapi makna dan tujuanya adalah sama, yaitu peringatan. Peringatan dapat dilakukan dengan car berpuasa, dengan memberi makan kepada fihak yang membutuhkan, dengan berkumpul untuk berdzikir dan bersholawat, atau dengan menguraikan keagungan perilaku beliau sebagai manusia termulia.

3. Pernyataan senang dan gembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan tuntunan Al-Qur'an. Allah berfirman :

قل بفضل الله وبرحمته فبذالك فاليفرحوا

" Katakanlah : dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah (dengan itu) meraka bergembira" (S.Yunus).

Allah SWT memerintahkan kita bergembira datas rahmat-Nya, dan Nabi Muhammad SAW jelas merupakan rahmat terbesar bagi kita dan alam semesta :

وما ارسالناك الا رحمة للعالمين

"Dan kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta" . (QS. Al-Anbya : 107)

4. Meuliakan Rosululloh SAW adalah ketentuan syari'at yang wajib dipenuhi. Memperingati ulang tahun kelahiran beliau dengan memperlihatkan kegembiraan, menyelenggarakan walimah, mengumpulkan jama'ah untuk berdzikir mengingat beliau, menyantuni kaum fakir miskin dan amal-amal kebajikan lainya adalah bagian dari tata cara kita menghormati dan memuliakan beliau. itu semua menunjukan pula betapa besar kegembiraan dan perasaan syukur kita kepada Allah atas hidayah yang dilimpahkan kepada kita melalui seorang Nabi dan Rosul pilihan-Nya.

5. Perayaan atau peringatan maulid Nabi dipandang baik oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negeri, dan diadakan oleh mereka. Menurut Kaidah hukum syara' kegiatan demikian itu adalah Mathlub Syar'an (menjadi tuntunan syara').
hadis mauquf dari ibnu mas'ud RA menegaskan : " apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, disisi Allah itu adalah baik, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, disisi Allah itu adalah buruk " (hadis dikeluarkan oleh imam Ahmad).


BEBERAPA PANDANGAN PARA ULAMA MENGENAI MAULID.


• Telah berkata Sulthanul-'Arifin Jalaluddin as-Sayuthi dalam kitabnya berjudul "al-Wasaail fi syarhisy Syamaail":- "Tidak ada sebuah rumah atau masjid atau tempat yang dibacakan padanya Mawlidin Nabi s.a.w. melainkan akan dikitari/dikelilingi/diselubungi tempat itu oleh para malaikat akan ahli yang hadir di tempat tersebut serta dirantai mereka oleh Allah dengan rahmat. Para malaikat yang diselubungi/diliputi/dikalungi cahaya yaitu Jibril, Mikail, Israfil, Qarbail, 'Aynail, ash-Shaafun, al-Haafun dan al-Karubiyyun, maka bahwasanya mereka berdoa bagi siapa-siapa yang menjadi sebab untuk pembacaan Mawlidin Nabi s.a.w. "


Imam as-Sayuthi berkata: "Tidak ada seseorang Islam yang diperbacakan dalam rumahnya akan Mawlidin Nabi s.a.w. melainkan diangkat Allah kemarau, wabah, kebakaran, malapetaka, bala bencana, kesengsaraan, permusuhan, hasad dengki, kejahatan 'ain (sihir pandangan) dan kecurian daripada ahli rumah tersebut, maka apabila dia mati, Allah akan mempermudahkan atasnya menjawab soal Munkar dan Nakir dan adalah dia ditempatkan pada kedudukan as-Shidq di sisi Allah Raja yang Maha Berkuasa."


Mungkin ada yang bertanya kenapa ada orang baca mawlid tetapi masih menerima malapetaka dan bencana. Apa mau dikata, bahkan para Nabi pun mendapat musibah duniawi sebagai ujian daripada Allah s.w.t., karena semuanya berlaku atas kehendak Allah semata-mata. namun musibah duniawi adalah ringan dibanding musibah berbentuk maknawi. Keselamatan dari musibah maknawi ini yang diutamakan, biar rumah kita dicuri asalkan iman dan kesabaran serta tawakkal kita pada Allah tidak turut dicuri . Mungkin juga Allah belum menerima amalan kita, sehingga tidak menjadi sebab mendapat rahmat Allah tersebut, oleh itu teruskan usaha dan tingkatkan amal. Yakin kepada kemurahan Allah yang tiada terbatas dan carilah syafaat daripada Junjungan s.a.w.


Lebih lanjut Imam jalaluddin As-suyuty menjelaskan dalam risalahnya yang berjudul "Husnul-Maqosid fi A'malil-Maulid : "orang pertama yang menyelenggarakan peringatan maulid Nabi SAW ialah Sultan Al-Mudzaffar, penguasa arbil (suatu tempat di Iraq sebelah timur / selatan kota mausil).peringatan tersebut dihadiri oleh para ulama terkemuka dan orang-orang sholeh dari kaum sufi. tiap tahun Al-Mudzaffar mengeluarkan biaya sebesar 300.000 dinar untuk peringatan maulid, dengan niat semata-mata untuk taqorrub kepada Alloh SWT Menurut kenyataan, tak seorang pun dari ulama dan orang-orang saleh yang hadir dalam peringatan itu mengingkari kebajikan dan fadilah peringatan maulid, bahkan semua merestui dan memuji prakarsa Sultan Mudzaffar, atas permintaan Sultan Mudzaffar, Ibnu Dahyah menulis sebuah kitab khusus mengenai maulid Nabi SAW dengan judul: "At-Tanwir fi Maulid Al-Basyir An-Nazdir". kitab itu ditulis pada tahun 604 H. dan ternyata diakui kebaikannya oleh para ulama pada masa itu.


• Syaikh DhiyaUddin Ahmad bin Sa`id ad-Darini dalam kitabnya " Thaharatul Qulub wal Khudu' li Allamil Ghuyub " menulis antara lain:-

Mengingat atau memuji-muji Junjungan Nabi s.a.w. akan menambahkan keimanan, menerangi hati dan menyingkap rahasia kebijaksanaan Tuhan. Allah s.w.t. telah menetapkan cinta kepada Junjungan Nabi s.a.w. sebagai syarat untuk mencintai-Nya dan taat kepada-Nya sebagai ukuran kepatuhan kepada-Nya. Mengingat Junjungan Nabi s.a.w. juga berhubungan dengan mengingat Allah s.w.t. sebagaimana bai'ah kepada Junjungan Nabi s.a.w. juga berkait dengan bai'ah kepada-Nya.


• Sayyidisy-Syaikh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi dalam kitabnya "I`anatuth-Tholibin" jilid 3 halaman 414 menyatakan antara lain:-

Telah berkata Imam al-Hasan al-Bashri qaddasaAllahu sirrah: "Aku berikan jika ada padaku seumpama gunung Uhud emas untuk kunafkahkan atas pembacaan mawlid ar-Rasul."

Telah berkata Imam al-Junaidi al-Baghdadi rhm.: "barang siapa yang hadir mawlid ar-Rasul dan membesarkan derajat baginda, maka telah sempurna imannya."

Telah berkata Syaikh Ma'ruuf al-Karkhi qds.: "barang siapa yang menyediakan untuk pembacaan mawlid ar-Rasul akan makanan, menghimpunkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu-lampu, berpakaian baru, berwangi-wangian, berhias-hias, demi membesarkan mawlid Junjungan s.a.w., niscaya dia akan dihimpunkan oleh Allah ta`ala pada hari kiamat bersama-sama kumpulan pertama daripada para nabi dan jadilah dia berada pada derajat yang tinggi di syurga. Dan barang siapa yang telah membaca mawlid ar-Rasul s.a.w. di atas dirham-dirham perak atau emas, dan mencampurkannya bersama dirham-dirham lain, maka akan turun keberkahan dan tidaklah akan miskin pemiliknya serta tidak akan kosong tangannya dengan berkah mawlid ar-Rasul s.a.w." Seterusnya Sidi Syatha dalam "I`anatuth-Tholibin" menyambung:-

Dan telah berkata al-Imam al-Yafi`i al-Yamani (sesetengah kitab tersilap cetak di mana huruf "ya" berubah kepada "syin" menyebabkan perkataan ini dinisbahkan kepada Imam asy-Syafi`i):- "barang siapa yang menghimpunkan untuk Mawlidin Nabi s.a.w. saudara-saudaranya, menyediakan makanan dan tempat serta berbuat ihsan sehingga menjadi sebab untuk pembacaan Mawlidir Rasul s.a.w., dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat berserta dengan para shiddiqin, syuhada` dan sholihin serta dimasukkan dia ke dalam syurga-syurga yang penuh keni'matan."


• Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitabnya "al-Mawlid asy-Syarif al-Mu`adzdzham", Syaikh Ibnu Zahira al-Hanafi dalam "al-Jami' al-Lathif fi Fasl Makkah wa ahliha", ad-Diyabakri dalam "Tarikh al-Khamis" dan Syaikh an-Nahrawali dalam "al-I'lam bi a'lami Bait Allah al-haram", menulis senario sambutan Mawlid Nabi s.a.w. di Makkah seperti berikut:-

Setiap tahun tanggal 12 Rabi`ul Awwal, selepas sembahyang Maghrib, keempat-empat qadhi Makkah (yang mewakili mazhab yang empat) bersama-sama orang banyak termasuk segala fuqaha, fudhala` (orang kenamaan) Makkah, syaikh-syaikh, guru-guru zawiyah dan murid-murid mereka, ru`asa' (penguasa-penguasa), muta`ammamin (ulama-ulama) keluar meninggalkan Masjidil Haram untuk pergi bersama-sama menziarahi tempat Junjungan Nabi s.a.w. dilahirkan. Mereka berarak dengan maelantunkan zikir dan tahlil. Rumah-rumah di Makkah diterangi cahaya pelita dan lilin. Orang yang turut serta amat banyak dengan berpakaian indah serta membawa anak-anak mereka. Setiba di tempat kelahiran tersebut, ceramah yang berkaitan Mawlidin Nabi disampaikan, serta kebesaran, kemuliaan dan mu'jizat Junjungan diceritakan. Setelah itu, doa untuk Sultan, Amir Makkah dan Qadhi Syafi`i dibacakan dengan penuh khusyu' dan khudu`. Setelah hampir waktu Isya`, barulah mereka berarak semula pulang ke Masjidil Haram untuk menunaikan sholat Isya`.


• Imamul Mujtahiddin Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan : “kemulian hari mauled Nabi Muhammad S.a.w. dan diperingatinya secara berkala (berlanjut) sebagaimana yang di lakukan kaum muslimin tentu mendatangkan pahala besar, mengingat maksud dan tujuannya yang sangat baik, yaitu menghormati dan memuliakan kebesaran Nabi dan Rosul pembawa hidayat bagi semua ummat manusia”.

Ringkasannya peringatan maulid Nabi adalah kegiatan yang sangat baik dan bermanfaat, karena itu kesempatan itu wajib digunakan untuk tujuan-tujuan yang baik. Lalu penyelenggaraan peringatan maulid tidak harus tepat pada tanggal 12 Rabi”ul awal dan tidak harus tepat pada hari senin, meskipun tanggal dan hari itu lebih afdhol. peringatan maulid dapat di lakukan kapan saja mengingat syari’at islam sama sekali tidak melarang bahkan menganjurkan serta memandangnya sebagai kebajikan yang perlu dilestarikan pengamalannya, karena besarnya manfaat yang dapat diambil dari kegiatan tersebut, baik bagi kepentingan agama islam maupun bagi kepentingan kaum muslimin.

Wallohu A’lam Bi As-Shoab.


Sumber : “Al-Bayan Asyaafii Fi Mafahim Al-Khilaafii “ As-Sayyid Muhammad bin Husein Al-Hamid Al-Husaini.




Tidak ada komentar:

Jumat, 14 November 2008

Maulid Tanda Kegembiraan Umat


Ketika hampir tiba satnya kelahiran insan tercinta ini, gema ucapan selamat datang yang hangat berkumandang dilangit dan dibumi. Hujan kemurahan Illahi atas penghuni alam atas lebatnya.

Lidah malaikat bergemuruh mengumumkan kabar gembira kuasa Allah menyingkap rahasia tabir tersembunyi, membuat cahaya Nur-Nya terbit sempurna dialam nyata.

"CAHAYA MENGUNGGULI SEGENAP CAHAYA"

Ketetapan-Nya pun terlaksana atas orang pilihan yang ni'mat-Nya disempurnakan bagi mereka, yang menunggu detik-detik kelahiranya, sebagai penghibur pribadinya yang beruntung, dan ikut bergembira mereguk ni'mat berlimpah ini.

Maka hadirlah dengan taufik Allah, As-Sayyidah Maryam dan As-Sayyidah Asiah, bersama sejumlah bidadari dari surga yang beroleh kemuliaan agung yang di bagi-bagikan oleh Allah atas mereka yang dikehendaki.

Dan tibalah saat yang telah di atur Allah bagi kelahiran (Maulud) ini. Maka menyingsinglah fajar keutamaan nan cerah benderang menjulang tingi ......

Dan lahirlah insan terpuji dan terpuji tunduk khusyu' dihadapan Allah, dengan penghormatan tulus dan sembah sujud.

demikianlah syair yang ditujukan atas peristiwa di detik-detik kelahiran Nabi SAW yang digubah oleh Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi

Imam Nawawi Al-Banteny Al-Jawy didalam kitab yang berjudul "Mandaarij" menyatakan : "Bahwa orang yang mementingkan aktif didalam peringatan maulid Nabi Muhammad SAW itu adalah dari pada sebesar-besarnya ibadah yang diisi pembacaan Alqur'an, bersedekah, dan menerangkan sejarah kelahiran Nabi SAW"

من عظم مولدى كنت شفيعا له يوم القيامة ومن انفق درهما في مولدى فكآنما انفق جبلا من الذهب في سبيل الله

" Barang siapa yang membesarkan maulidku akan aku tolong baginya di hari kiamat dan barang siapa yang membelanjakan satu dirham buat peringatan maulidku seolah-olah membelanjakan satu gunung emas untuk sabilillah".

Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq RA. berkata : "Barang siapa yang membesarkan maulid Nabi Muhammad SAW maka aku sahabatnya dihari kiamat".

Sayyidina Umar bin Khattab RA. berkata : "Barang siapa yang membesarkan maulid Nabi Muhammad SAW sesungguhnya orang itu menghidupkan agama islam".

Sayyidina Ustman bin Affan RA berkata : "Barang siapa yang membelanjakan uang satu dirham buat maulid Bani Muhammad SAW maka sesungguhnya orang tersbut seperti hadir diperang badar dan hunaian".

Sayyidina Ali bin Abi Tholib KWH. berkata : "Barang siapa yang membesarkan maulid Nabi Muhammad SAW maka apabila mati masuk sorga".

Imam Syafi'i r.h.m berkata : "siapa yang mengumpulkan saudaranya ditempat maulid Nabi Muhammad SAW lalu menyediakan makanan serta berbuat baik didalamnyamaka orang tersebut di hari kiamat dibangkitkan bersama Shiddiqin, Syuhada dah Sholihin dan berada di surga An-Na'im. namu apa pengertian maulid itu?".

Maulid secara bahasa berarti adalah hari kelahiran adapun maulid yang biasa kita kenal adalah suatu perayaan/peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan secara berjama'ah dibacakan ayat-ayat Alqur'an dan riwayat hidup kekasih Allah Nabi Muhammad SAW serta sholawat dan puji-pujian kepada beliau SAW, dengan maksud mengagungkan martabat nabi Muhammad SAW dan memperlihatkan kegembiraan kaum muslimin menyambut kelahiran beliau SAW.

Assayid Al-Hafizd Al-Musnid Prof.Dr. Muhammad bin Alwy Al-Maliky Al-Hasany mufti mekkah mengutarakan ja'iznya/bolehnya perayaan atau peringatan maulid Nabi SAW didalam kitabnya yang berjudul 'Mafahim Yajibu An Tusahhah", yang kita sebutkan diantaranya :
  1. Maulid nabi memantulkan kegembiraan kaum muslim menyambut junjungan mereka, Nabi Muhammad SAW bahkan orang kafir pun boleh beroleh manfaat dari sikapnya yang menyambut gembira kelahiran beliau seperti Abu Lahab, misalnya. sebuah hadis didalam shohih bhukhori menerangkan, bahwa tiap hari senin Abu Lahab diringankan adzabnya, karena memerdekakan budak perempuanya, tsuwaibah, sebagai tanda kegembiraanya menyambut kelahiran putera saudarnya. 'Abdullah bin Abdulmutholib, yaitu Nabi Muhammad SAW, jadi jika orang kafir saja memperoleh manfaat dari kegembiraan menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW apalagi orang yang beriman.
  2. Rosulullah SAW sendiri menghormati hari kelahiran beliau, dan bersyukur kepada Allah SWT atas karunia ni'matnya yang besar itu. Beliau dilahirkan dialam wujud sebagai hamba Allah yang paling mulia dan rahmat bagi seluruh wujud. Cara beliau menghormati hari kelahiranya ialah dengan berpuasa. Sebuah Hadist dari Abu Qotadah menuturkan, bahwa ketika Rosulullah SAW ditanya oleh beberapa sahabat mengenai puasa beliau tiap hari senin, beliau menjawab: "pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu juga Allah menurunkan wahyu kepadaku" (diriwayatkan oleh Muslim didalam Shohihnya_nya)
Puasa yang beliau lakukan itu merupakan cara beliau memperingati hari mauidnya sendiri. Memang tidak berupa perayaan, tetapi makna dan tujuanya adalah sama, yaitu peringatan. Peringatan dapat dilakukan dengan car berpuasa, dengan memberi makan kepada fihak yang membutuhkan, dengan berkumpul untuk berdzikir dan bersholawat, atau dengan menguraikan keagungan perilaku beliau sebagai manusia termulia.

3. Pernyataan senang dan gembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan tuntunan Al-Qur'an. Allah berfirman :

قل بفضل الله وبرحمته فبذالك فاليفرحوا

" Katakanlah : dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah (dengan itu) meraka bergembira" (S.Yunus).

Allah SWT memerintahkan kita bergembira datas rahmat-Nya, dan Nabi Muhammad SAW jelas merupakan rahmat terbesar bagi kita dan alam semesta :

وما ارسالناك الا رحمة للعالمين

"Dan kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta" . (QS. Al-Anbya : 107)

4. Meuliakan Rosululloh SAW adalah ketentuan syari'at yang wajib dipenuhi. Memperingati ulang tahun kelahiran beliau dengan memperlihatkan kegembiraan, menyelenggarakan walimah, mengumpulkan jama'ah untuk berdzikir mengingat beliau, menyantuni kaum fakir miskin dan amal-amal kebajikan lainya adalah bagian dari tata cara kita menghormati dan memuliakan beliau. itu semua menunjukan pula betapa besar kegembiraan dan perasaan syukur kita kepada Allah atas hidayah yang dilimpahkan kepada kita melalui seorang Nabi dan Rosul pilihan-Nya.

5. Perayaan atau peringatan maulid Nabi dipandang baik oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negeri, dan diadakan oleh mereka. Menurut Kaidah hukum syara' kegiatan demikian itu adalah Mathlub Syar'an (menjadi tuntunan syara').
hadis mauquf dari ibnu mas'ud RA menegaskan : " apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, disisi Allah itu adalah baik, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, disisi Allah itu adalah buruk " (hadis dikeluarkan oleh imam Ahmad).


BEBERAPA PANDANGAN PARA ULAMA MENGENAI MAULID.


• Telah berkata Sulthanul-'Arifin Jalaluddin as-Sayuthi dalam kitabnya berjudul "al-Wasaail fi syarhisy Syamaail":- "Tidak ada sebuah rumah atau masjid atau tempat yang dibacakan padanya Mawlidin Nabi s.a.w. melainkan akan dikitari/dikelilingi/diselubungi tempat itu oleh para malaikat akan ahli yang hadir di tempat tersebut serta dirantai mereka oleh Allah dengan rahmat. Para malaikat yang diselubungi/diliputi/dikalungi cahaya yaitu Jibril, Mikail, Israfil, Qarbail, 'Aynail, ash-Shaafun, al-Haafun dan al-Karubiyyun, maka bahwasanya mereka berdoa bagi siapa-siapa yang menjadi sebab untuk pembacaan Mawlidin Nabi s.a.w. "


Imam as-Sayuthi berkata: "Tidak ada seseorang Islam yang diperbacakan dalam rumahnya akan Mawlidin Nabi s.a.w. melainkan diangkat Allah kemarau, wabah, kebakaran, malapetaka, bala bencana, kesengsaraan, permusuhan, hasad dengki, kejahatan 'ain (sihir pandangan) dan kecurian daripada ahli rumah tersebut, maka apabila dia mati, Allah akan mempermudahkan atasnya menjawab soal Munkar dan Nakir dan adalah dia ditempatkan pada kedudukan as-Shidq di sisi Allah Raja yang Maha Berkuasa."


Mungkin ada yang bertanya kenapa ada orang baca mawlid tetapi masih menerima malapetaka dan bencana. Apa mau dikata, bahkan para Nabi pun mendapat musibah duniawi sebagai ujian daripada Allah s.w.t., karena semuanya berlaku atas kehendak Allah semata-mata. namun musibah duniawi adalah ringan dibanding musibah berbentuk maknawi. Keselamatan dari musibah maknawi ini yang diutamakan, biar rumah kita dicuri asalkan iman dan kesabaran serta tawakkal kita pada Allah tidak turut dicuri . Mungkin juga Allah belum menerima amalan kita, sehingga tidak menjadi sebab mendapat rahmat Allah tersebut, oleh itu teruskan usaha dan tingkatkan amal. Yakin kepada kemurahan Allah yang tiada terbatas dan carilah syafaat daripada Junjungan s.a.w.


Lebih lanjut Imam jalaluddin As-suyuty menjelaskan dalam risalahnya yang berjudul "Husnul-Maqosid fi A'malil-Maulid : "orang pertama yang menyelenggarakan peringatan maulid Nabi SAW ialah Sultan Al-Mudzaffar, penguasa arbil (suatu tempat di Iraq sebelah timur / selatan kota mausil).peringatan tersebut dihadiri oleh para ulama terkemuka dan orang-orang sholeh dari kaum sufi. tiap tahun Al-Mudzaffar mengeluarkan biaya sebesar 300.000 dinar untuk peringatan maulid, dengan niat semata-mata untuk taqorrub kepada Alloh SWT Menurut kenyataan, tak seorang pun dari ulama dan orang-orang saleh yang hadir dalam peringatan itu mengingkari kebajikan dan fadilah peringatan maulid, bahkan semua merestui dan memuji prakarsa Sultan Mudzaffar, atas permintaan Sultan Mudzaffar, Ibnu Dahyah menulis sebuah kitab khusus mengenai maulid Nabi SAW dengan judul: "At-Tanwir fi Maulid Al-Basyir An-Nazdir". kitab itu ditulis pada tahun 604 H. dan ternyata diakui kebaikannya oleh para ulama pada masa itu.


• Syaikh DhiyaUddin Ahmad bin Sa`id ad-Darini dalam kitabnya " Thaharatul Qulub wal Khudu' li Allamil Ghuyub " menulis antara lain:-

Mengingat atau memuji-muji Junjungan Nabi s.a.w. akan menambahkan keimanan, menerangi hati dan menyingkap rahasia kebijaksanaan Tuhan. Allah s.w.t. telah menetapkan cinta kepada Junjungan Nabi s.a.w. sebagai syarat untuk mencintai-Nya dan taat kepada-Nya sebagai ukuran kepatuhan kepada-Nya. Mengingat Junjungan Nabi s.a.w. juga berhubungan dengan mengingat Allah s.w.t. sebagaimana bai'ah kepada Junjungan Nabi s.a.w. juga berkait dengan bai'ah kepada-Nya.


• Sayyidisy-Syaikh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi dalam kitabnya "I`anatuth-Tholibin" jilid 3 halaman 414 menyatakan antara lain:-

Telah berkata Imam al-Hasan al-Bashri qaddasaAllahu sirrah: "Aku berikan jika ada padaku seumpama gunung Uhud emas untuk kunafkahkan atas pembacaan mawlid ar-Rasul."

Telah berkata Imam al-Junaidi al-Baghdadi rhm.: "barang siapa yang hadir mawlid ar-Rasul dan membesarkan derajat baginda, maka telah sempurna imannya."

Telah berkata Syaikh Ma'ruuf al-Karkhi qds.: "barang siapa yang menyediakan untuk pembacaan mawlid ar-Rasul akan makanan, menghimpunkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu-lampu, berpakaian baru, berwangi-wangian, berhias-hias, demi membesarkan mawlid Junjungan s.a.w., niscaya dia akan dihimpunkan oleh Allah ta`ala pada hari kiamat bersama-sama kumpulan pertama daripada para nabi dan jadilah dia berada pada derajat yang tinggi di syurga. Dan barang siapa yang telah membaca mawlid ar-Rasul s.a.w. di atas dirham-dirham perak atau emas, dan mencampurkannya bersama dirham-dirham lain, maka akan turun keberkahan dan tidaklah akan miskin pemiliknya serta tidak akan kosong tangannya dengan berkah mawlid ar-Rasul s.a.w." Seterusnya Sidi Syatha dalam "I`anatuth-Tholibin" menyambung:-

Dan telah berkata al-Imam al-Yafi`i al-Yamani (sesetengah kitab tersilap cetak di mana huruf "ya" berubah kepada "syin" menyebabkan perkataan ini dinisbahkan kepada Imam asy-Syafi`i):- "barang siapa yang menghimpunkan untuk Mawlidin Nabi s.a.w. saudara-saudaranya, menyediakan makanan dan tempat serta berbuat ihsan sehingga menjadi sebab untuk pembacaan Mawlidir Rasul s.a.w., dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat berserta dengan para shiddiqin, syuhada` dan sholihin serta dimasukkan dia ke dalam syurga-syurga yang penuh keni'matan."


• Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitabnya "al-Mawlid asy-Syarif al-Mu`adzdzham", Syaikh Ibnu Zahira al-Hanafi dalam "al-Jami' al-Lathif fi Fasl Makkah wa ahliha", ad-Diyabakri dalam "Tarikh al-Khamis" dan Syaikh an-Nahrawali dalam "al-I'lam bi a'lami Bait Allah al-haram", menulis senario sambutan Mawlid Nabi s.a.w. di Makkah seperti berikut:-

Setiap tahun tanggal 12 Rabi`ul Awwal, selepas sembahyang Maghrib, keempat-empat qadhi Makkah (yang mewakili mazhab yang empat) bersama-sama orang banyak termasuk segala fuqaha, fudhala` (orang kenamaan) Makkah, syaikh-syaikh, guru-guru zawiyah dan murid-murid mereka, ru`asa' (penguasa-penguasa), muta`ammamin (ulama-ulama) keluar meninggalkan Masjidil Haram untuk pergi bersama-sama menziarahi tempat Junjungan Nabi s.a.w. dilahirkan. Mereka berarak dengan maelantunkan zikir dan tahlil. Rumah-rumah di Makkah diterangi cahaya pelita dan lilin. Orang yang turut serta amat banyak dengan berpakaian indah serta membawa anak-anak mereka. Setiba di tempat kelahiran tersebut, ceramah yang berkaitan Mawlidin Nabi disampaikan, serta kebesaran, kemuliaan dan mu'jizat Junjungan diceritakan. Setelah itu, doa untuk Sultan, Amir Makkah dan Qadhi Syafi`i dibacakan dengan penuh khusyu' dan khudu`. Setelah hampir waktu Isya`, barulah mereka berarak semula pulang ke Masjidil Haram untuk menunaikan sholat Isya`.


• Imamul Mujtahiddin Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan : “kemulian hari mauled Nabi Muhammad S.a.w. dan diperingatinya secara berkala (berlanjut) sebagaimana yang di lakukan kaum muslimin tentu mendatangkan pahala besar, mengingat maksud dan tujuannya yang sangat baik, yaitu menghormati dan memuliakan kebesaran Nabi dan Rosul pembawa hidayat bagi semua ummat manusia”.

Ringkasannya peringatan maulid Nabi adalah kegiatan yang sangat baik dan bermanfaat, karena itu kesempatan itu wajib digunakan untuk tujuan-tujuan yang baik. Lalu penyelenggaraan peringatan maulid tidak harus tepat pada tanggal 12 Rabi”ul awal dan tidak harus tepat pada hari senin, meskipun tanggal dan hari itu lebih afdhol. peringatan maulid dapat di lakukan kapan saja mengingat syari’at islam sama sekali tidak melarang bahkan menganjurkan serta memandangnya sebagai kebajikan yang perlu dilestarikan pengamalannya, karena besarnya manfaat yang dapat diambil dari kegiatan tersebut, baik bagi kepentingan agama islam maupun bagi kepentingan kaum muslimin.

Wallohu A’lam Bi As-Shoab.


Sumber : “Al-Bayan Asyaafii Fi Mafahim Al-Khilaafii “ As-Sayyid Muhammad bin Husein Al-Hamid Al-Husaini.




Tidak ada komentar: