Sejarah

oleh : Ahsan Ali Mubarok 
Pada waktu saya menginjakkan kaki di UNY, hati agak tergetar dengan kampus yang besar dan megah pada waktu itu, dibandingkan dengan sekolahku dulu di SMA/ MAN tempat saya menimba ilmu sebelum masuk UNY.
Saya bersyukur bisa lulus seleksi mahasiwa baru di UNY, dan semangat dalam mengikuti tahap-tahap dalam menempuh pendidikan di UNY.
Pada waktu OSPEK yang pada saat saya masuk UNY namanya POSKAM (Pekan Orientasi Study dan Pengenalan Kampus) saya baru merasakan suasana kampus yang hampa tanpa adanya keseimbangan antara jasmani (intelektual) dan ruhani (keagamaan).
Di kampus UNY dan sekitarnya sangat jarang kutemui majlis-majlis maulid, sholawat, tahlil, yasin, dziba’ dan lain-lain yang mana majlis-majlis itu sering saya jumpai waktu di kampung dan sering dijumpai di kalangan nahdliyin.
Sehingga pada waktu poskam hari pertama, saya melihat wajah-wajah mahasiswa baru pada waktu itu yang bersinar dan memancarkan ke-NU-an namun tersirat kegersangan dalam batin-batin mereka, kemudian saya ajak untuk ngobrol-ngobrol dan tukar pikiran bagaimana membuat suatu wadah atau organisasi untuk menghidupkan ruhani di dalam kampus, agar hati menjadi adem, tenang dan damai. Saya ngobrol-ngobrol bersama Ahmad Manna, Setyoso, Hibatun Wafiroh, Indah Mardatilla, Siti Fatimatuz Zulaicha’, Wildan Ary Furqon, Ibnu Saiful Rijali dan Qusyairi untuk menggagas sebuah wadah agar jasmani dan ruhani seimbang. Jasmani dengan mengikuti kuliah-kuliah di kampus dan ruhani dengan mengikuti kajian-kajian islam atau majlis-majlis ta’lim, majlis dzikir, majlis maulid dan majlis-majlis yang lain yang penuh barokah agar akal cerdas dan hati juga hidup, sehingga jasmani dan ruhani bisa sama-sama hidup.
Namun setelah OSPEK (poskam) selesai dan memasuki awal perkuliahan, kami semua disibukkan dengan berbagai macam kegiatan kampus yang begitu banyak menyita waktu, karena kebetulan kami semua adalah mahasiswa FMIPA UNY yang selalu berkutat dengan kampus, perpustakaan dan laboratorium. Walaupun demikian kami tetap semngat untuk sering berkomunikasi dan saling berdiskusi dengan segala keterbatasan waktu dan alat komunikasi karena pada saat itu belum ada mahasiswa yang punya handphone. (Jangankan mahasiswa, dosen-dosen UNY saja banyak yang belum punya, hehe…). Akhirnya setelah berdiskusi kurang lebih 3 semester kami semua sepakat untuk mendeklarasikan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama.
Sebelum mendeklarasikan berdirinya KMNU, kami mengundang aktivis PMII UNY untuk diajak sharing tentang berdirinya KMNU UNY di mushola FMIPA UNY.
Pada waktu itu dihadiri kurang lebih 50 mahasiswa dan aktifis PMII dari kalangan Nahdliyin yang dengan semangat khittah 1926 sangat mendukung untuk berdirinya KMNU UNY.
Acara diawali dengan pembacaan ummul kitab dan maulid dziba’, yang mana semua yang hadir semangat dan sangat terharu dengan majlis-majlis seperti itu. Mereka rata-rata merindukan majlis-majlis yang mulia itu. Mahasiswa yang hadir pada saat itu mengusulkan untuk membuat rutinan maulidan, tahlilan dan yasinan.
Dalam pertemuan itu juga disepakati Ada pemisahan antara KMNU dengan PMII dalam bidang garapan terhadap mahasiswa NU.
PMII membidangi dalam bidang pergerakan  dan KMNU membidangi dalam kelimuan keagamaan.
Dan akhirnya semua peserta yang hadir secara aklamasi menyutujui untuk mendeklarasikan KMNU pada tanggal 31 Maret 2001 di Taman Pancasila UNY.
Dalam deklarasi itu dihadiri oleh ratusan mahasiswa NU dari berbagai Jurusan dan Fsayaltas di UNY yang berasal dari berbagai daerah, dan juga dihadiri para aktifis kampus dari berbagai organisasi mahasiswa UNY, serta dihadiri pula oleh tokoh NU di wilayah DIY dan sekitarnya antara lain KH. Abdul Muhaimin (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat Kotagede) dan juga ketua Ansor PWNU DIY.
Setelah wadah KMNU ini terbentuk, pada awalnya hanya membuat  semacam acara-acara yang bernuansa ahlus sunnah wal jama’ah versi NU yaitu tahlilan setiap malam jum’at ba’da maghrib dan dilanjutkan pembacaan maulid sampai jam 9.
Dan Alhamdulillah, ternyata banyak sekali mahasiswa NU yang merindukan suasana seperti itu, sehingga kegiatan itu menjadi hidup dan lebih mengakrabkan antar mahasiswa NU dan seolah-olah seperti keluarga sendiri. Kemudian kegiatan ditambah lagi dengan majlis ta’lim dengan mengadakan kajian kitab-kitab yang difokuskan pada dua hal yaitu tauhid dan fiqh dengan menghadirkan ustadz dari pondok pesantren al munawwir krapyak, pon pes wahid hasyim, dan pon pes nurul ummah.
Dan sebagai aktualisasi kekeluargaan, sudah menjadi agenda tahunan untuk ziaroh ke makam para waliyullah sekaligus silaturrahim ke rumah anggota KMNU agar suasana kekeluargan lebih akrab lagi dengan mengharap barokah dari silaturrahim agar panjang umur dan murah rizki, insya Allah…
Demikianlah sekelumit kisah asal muasal berdirinya KMNU di UNY ini, smg KMNU UNY ini bisa istiqomah dalam berdakwah untuk saling mengingatkan saudara-saudara kita sesama muslim agar tidak tersesat dalam mengikuti ajaran-ajaran islam yang semua ini adalah menjadi lahan amal untuk kita semua di akhir nanti.
Tawashou bil haqq wa tawashou bis shobri.

Sejarah

oleh : Ahsan Ali Mubarok 
Pada waktu saya menginjakkan kaki di UNY, hati agak tergetar dengan kampus yang besar dan megah pada waktu itu, dibandingkan dengan sekolahku dulu di SMA/ MAN tempat saya menimba ilmu sebelum masuk UNY.
Saya bersyukur bisa lulus seleksi mahasiwa baru di UNY, dan semangat dalam mengikuti tahap-tahap dalam menempuh pendidikan di UNY.
Pada waktu OSPEK yang pada saat saya masuk UNY namanya POSKAM (Pekan Orientasi Study dan Pengenalan Kampus) saya baru merasakan suasana kampus yang hampa tanpa adanya keseimbangan antara jasmani (intelektual) dan ruhani (keagamaan).
Di kampus UNY dan sekitarnya sangat jarang kutemui majlis-majlis maulid, sholawat, tahlil, yasin, dziba’ dan lain-lain yang mana majlis-majlis itu sering saya jumpai waktu di kampung dan sering dijumpai di kalangan nahdliyin.
Sehingga pada waktu poskam hari pertama, saya melihat wajah-wajah mahasiswa baru pada waktu itu yang bersinar dan memancarkan ke-NU-an namun tersirat kegersangan dalam batin-batin mereka, kemudian saya ajak untuk ngobrol-ngobrol dan tukar pikiran bagaimana membuat suatu wadah atau organisasi untuk menghidupkan ruhani di dalam kampus, agar hati menjadi adem, tenang dan damai. Saya ngobrol-ngobrol bersama Ahmad Manna, Setyoso, Hibatun Wafiroh, Indah Mardatilla, Siti Fatimatuz Zulaicha’, Wildan Ary Furqon, Ibnu Saiful Rijali dan Qusyairi untuk menggagas sebuah wadah agar jasmani dan ruhani seimbang. Jasmani dengan mengikuti kuliah-kuliah di kampus dan ruhani dengan mengikuti kajian-kajian islam atau majlis-majlis ta’lim, majlis dzikir, majlis maulid dan majlis-majlis yang lain yang penuh barokah agar akal cerdas dan hati juga hidup, sehingga jasmani dan ruhani bisa sama-sama hidup.
Namun setelah OSPEK (poskam) selesai dan memasuki awal perkuliahan, kami semua disibukkan dengan berbagai macam kegiatan kampus yang begitu banyak menyita waktu, karena kebetulan kami semua adalah mahasiswa FMIPA UNY yang selalu berkutat dengan kampus, perpustakaan dan laboratorium. Walaupun demikian kami tetap semngat untuk sering berkomunikasi dan saling berdiskusi dengan segala keterbatasan waktu dan alat komunikasi karena pada saat itu belum ada mahasiswa yang punya handphone. (Jangankan mahasiswa, dosen-dosen UNY saja banyak yang belum punya, hehe…). Akhirnya setelah berdiskusi kurang lebih 3 semester kami semua sepakat untuk mendeklarasikan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama.
Sebelum mendeklarasikan berdirinya KMNU, kami mengundang aktivis PMII UNY untuk diajak sharing tentang berdirinya KMNU UNY di mushola FMIPA UNY.
Pada waktu itu dihadiri kurang lebih 50 mahasiswa dan aktifis PMII dari kalangan Nahdliyin yang dengan semangat khittah 1926 sangat mendukung untuk berdirinya KMNU UNY.
Acara diawali dengan pembacaan ummul kitab dan maulid dziba’, yang mana semua yang hadir semangat dan sangat terharu dengan majlis-majlis seperti itu. Mereka rata-rata merindukan majlis-majlis yang mulia itu. Mahasiswa yang hadir pada saat itu mengusulkan untuk membuat rutinan maulidan, tahlilan dan yasinan.
Dalam pertemuan itu juga disepakati Ada pemisahan antara KMNU dengan PMII dalam bidang garapan terhadap mahasiswa NU.
PMII membidangi dalam bidang pergerakan  dan KMNU membidangi dalam kelimuan keagamaan.
Dan akhirnya semua peserta yang hadir secara aklamasi menyutujui untuk mendeklarasikan KMNU pada tanggal 31 Maret 2001 di Taman Pancasila UNY.
Dalam deklarasi itu dihadiri oleh ratusan mahasiswa NU dari berbagai Jurusan dan Fsayaltas di UNY yang berasal dari berbagai daerah, dan juga dihadiri para aktifis kampus dari berbagai organisasi mahasiswa UNY, serta dihadiri pula oleh tokoh NU di wilayah DIY dan sekitarnya antara lain KH. Abdul Muhaimin (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat Kotagede) dan juga ketua Ansor PWNU DIY.
Setelah wadah KMNU ini terbentuk, pada awalnya hanya membuat  semacam acara-acara yang bernuansa ahlus sunnah wal jama’ah versi NU yaitu tahlilan setiap malam jum’at ba’da maghrib dan dilanjutkan pembacaan maulid sampai jam 9.
Dan Alhamdulillah, ternyata banyak sekali mahasiswa NU yang merindukan suasana seperti itu, sehingga kegiatan itu menjadi hidup dan lebih mengakrabkan antar mahasiswa NU dan seolah-olah seperti keluarga sendiri. Kemudian kegiatan ditambah lagi dengan majlis ta’lim dengan mengadakan kajian kitab-kitab yang difokuskan pada dua hal yaitu tauhid dan fiqh dengan menghadirkan ustadz dari pondok pesantren al munawwir krapyak, pon pes wahid hasyim, dan pon pes nurul ummah.
Dan sebagai aktualisasi kekeluargaan, sudah menjadi agenda tahunan untuk ziaroh ke makam para waliyullah sekaligus silaturrahim ke rumah anggota KMNU agar suasana kekeluargan lebih akrab lagi dengan mengharap barokah dari silaturrahim agar panjang umur dan murah rizki, insya Allah…
Demikianlah sekelumit kisah asal muasal berdirinya KMNU di UNY ini, smg KMNU UNY ini bisa istiqomah dalam berdakwah untuk saling mengingatkan saudara-saudara kita sesama muslim agar tidak tersesat dalam mengikuti ajaran-ajaran islam yang semua ini adalah menjadi lahan amal untuk kita semua di akhir nanti.
Tawashou bil haqq wa tawashou bis shobri.