Rabu, 10 September 2008

PENENTUAN MALAM LAILATUL QODAR MENURUT SYEH ‘ALA ABI KHASAN ASYADILI

Assalamu’alaikum

saya ucapkan terima kasih pada empunya blog yang telah member ijin kepada saya untuk ikut nimbrung dalam blog ini. Bertepatan dengan bulan romadhon. Mumpung ingat, Saya ingin mengutip sebuah kalimat di kitab

تَشَبُّهُ الصَّغِيرِبالإَكَابِرِ karangan mbah dalhar, watucongol, muntilan, magelang yang salah satunya menerangkan kapan datangnya malam lailatul qodar menurut imam ‘ali abi khasan asy-syadili. Dan salah satu karomah dari imam syadili adalah tidak pernah putus periksa malam lailatul qodar dari baligh sampai meninggal. Sehingga bisa mengatakan :

Bila awal romadhon itu hari ahad, maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 29 Romadhon

Bila awal romadhon itu hari senin, maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 21 Romadhon

Bila awal romadhon itu hari selasa, maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 27 Romadhon

Bila awal romadhon itu hari rabu, maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 19 Romadhon

Bila awal romadhon itu hari kamis, maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 25 Romadhon

Bila awal romadhon itu hari jum’at, maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 17 Romadhon

Bila awal romadhon itu hari sabtu maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 23 Romadhon.
wassalam

Kamis, 04 September 2008

Sholat Terawih 20 Rakaat

Shalat Tarawih bagi umat Islam Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap muslim pernah menjalankannya. Pada awal Ramadhan, biasanya masjid atau mushala penuh dengan kaum muslimin dan muslimat yang menjalankan shalat jama’ah isya` sekaligus tarawih. Ada yang menjalankan 8 rakaat, dan ada yang 20 rakaat. Yang terakhir ini termasuk ciri orang NU (Nahdliyyin). Sedang shalat Witir yang diletakkan di akhir biasanya sarna-sarna 3 rakaat, orang NU maupun bukan. 20 rakaat itu serempak dilaksanakan dengan cara dua rakaat salam.

Begitu shalat sunnah rawatib setelah isya` (ba'diyah) usai dikerjakan, bilal mengumumkan tibanya shalat Tarawih dikerjakan, “Marilah shalat Tarawih berjama'ah!” Imam pun maju ke depan, dan sudah dapat ditebak surat yang dibaca setelah al-Fatihah ialah surat at-Takatsur.

Bacaan seperti ini sudah menjadi ciri khusus masjid-masjid atau mushala-mushala NU. Juga sudah dapat ditebak bahwa rakaat kedua setelah al-Fatihah tentu sura Al-Ikhlash. Setelah usai 2 rakaat, ada sela-sela lantunan shalawat yang diserukan “bilal” dan dijawab oleh segenap kaum muslimin.

Begitu shalat tarawih sampai rakaat kedua puluh, bacaan surat sesudah al-Fatihah tentu sudah sampai ke surat al-Lahab dan al-Ikhlash. Tinggal shalat witirnya yang biasa dilakukan 2 rakaat, dan yang kedua satu rakaat, imam biasanya memilih surat al-A’la dan al-Kafirun.

Para imam Tarawih NU umumnya memilih shalat yang tidak perlu bertele-tele. Sebab ada hadits berbunyi: "Di belakang Anda ada orang tua yang punya kepentingan..” Maka, 23 rakaat umumnya shalat Tarawih lengkap dengan Witirnya selesai dalam 45 menit.

Lain halnya shalat di Masjidil Haram, Makah. Di sana, 23 rakaat diselesaikan dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Surat yang dibaca imam ialah ayat -ayat suci Al-Qur’an dari awal, terus berurutan menuju akhir Al-Qur’an. Setiap malam harus diselesaikan kira-kira 1 juz lebih, dengan diperkirakan pada tanggal 29 Ramadhan (dulu setiap tanggal 27 Ramadhan) sudah khatam. Pada malam ke 29 Ramadhan itulah ada tradisi khataman Al-Qur'an dalam shalat Tarawih di Masjidil Haram. Bahkan, di rakaat terakhir imam memanjatkan doa yang menurut ukuran orang Indonesia sangat panjang sebab doa itu bisa sampai 15 menit, doa yang langka dilakukan seorang kiai dengan waktu sepanjang itu, meski di luar shalat sekalipun.

Dan terpapar di kitab Shalat al-Tarawih fi Masjid al-Haram bahwa shalat Tarawih di Masjidil Haram sejak masa Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Usman, dan seterusnya sampai sekarang selalu dilakukan 20 rakaat dan 3 rakaat Witir.

Warga Nahdliyyin yang memilih Tarawih 20 rakaat ini berdasar pada beberapa dalil. Dalam Fiqh as-Sunnah Juz II, hlm 54 disebutkan bahwa mayoritas pakar hukum Islam sepakat dengan riwayat yang menyatakan bahwa kaum muslimin mengerjakan shalat pada zaman Umar, Utsman dan Ali sebanyak 20 rakaat.

Sahabat Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW shalat Tarawih di bulan Ramadhan sendirian sebanyak 20 Rakaat ditambah Witir. (HR Baihaqi dan Thabrani).

Ibnu Hajar menyatakan bahwa Rasulullah shalat bersama kaum muslimin sebanyak 20 rakaat di malam Ramadhan. Ketiga tiba di malam ketiga, orang-orang berkumpul, namun rasulullah tidak keluar. Kemudian paginya beliau bersabda:

خَشِيْتُ أَنْ تَفَرَّضَ عَلَيْكُمْ فَلَا تُطِيْقُونَهَا

Aku takut kalau-kalau tarawih diwajibkan atas kalian, kalian tidak akan mampu melaksanakannya.”

Hadits ini disepakati kesahihannya dan tanpa mengesampingkan hadits lain yang diriwayatkan Aisyah yang tidak menyebutkan rakaatnya. (Dalam hamîsy Muhibah, Juz II, hlm.466-467)

KH MUnawwir Abdul Fattah
Pesantren Krapyak Yogyakarta

Al Qur’an dalam Bulan Ramadhan

Al Qur’an dalam Bulan Ramadhan
Ditulis oleh KH. Misbahuddin Nashan   


Iqra’ (bacalah), merupakan ayat pertama surat al Alaq yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., di Gua Hira’ pada Bulan Ramadhan. Sekarang diperingati sebagai Hari Nuzulul Qur’an setiap Bulan Ramadlan.

Al Qur’an memiliki tiga nama yang masyhur :

1.  Al Qur’an.

قـال تـعـالى : ِانَّ هَـذَا الـقُـرْآنَ يـَــهْدِى لِلَّـتِى هِىَ أَقْـوَمُ  ( الأسـراء : 9 )

 Sesungguhnya al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus.

2.  Al Kitab

قـال عـز وجـل : اَلحَـمْدُ ِللهِ الَّذِى اَنْزَلَ عَـلَى عَـبْدِهِ الـكِـتَابَ وَلَـمْ يَـجْـعَـلْ لَـهُ عِـوَجًـا(الكهف :1)

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menurunkan kepada hambanyaAl-Kitab (al Qur’an) dan dia tidak mengadakan penyimpangan di dalamnya.

 

3.  Alfurqon

قال سبحـانه : تَبَارَكَ الَّذِى نَزَّلَ الْـفُـرْقَـانَ عَـلَى عَـبْدِهِ لِيَـكُوْنَ لِلْـعَـالمَِـيْنَ نَذِيْرًا ( الفرقان : 1 )

Maha suci allah SWT yang telah menurunkan Al-Furqon (al Qur’an) kepada hambanya, agar dia menjadi memberi peringatan seluruh alam.

 

Dinamakan al Qur’an, maknanya : al Qur’an adalah dibaca lisan. Dinamakan Al Kitab karena al Qur’an ditulis dengan pena agar bisa terbaca lisan. Kedua nama ini mengisyaratkan bahwa al Qur’an mesti dijaga bacaannya dan tulisannya. Terjaga dalam otak (dihafal) dan terjaga dalam tulisan (buku). Kedua aspek penjagaan terhadap al Qur’an itulah yang diamanatkan kepada ummat Muhammad SAW agar al Qur’an senantiasa terjaga selamanya tanpa mengalami perubahan seperti yang terjadi pada kitab-kitab terdahulu.

Dinamakan Al Furqon, karena al Qur’an adalah kalam Pemisah antara haq dan batil, atau karena al Qur’an diturunkan secara bertahap dan terpisah antara ayat satu dengan yang lainnya. Terpisah tempatnya dan terpisah waktu diturunkannya.

 

Bulan Ramadhan Dan al Qur’an

Membaca al Qur’an di bulan Ramadhan adalah langkah pendekatan terhadap Allah SWT yang paling utama, karena sesuai dengan waktu diturunkannya di bulan Ramadhan sebagai petunjuk manusia, memberikan penjelasan tentang kebaikan, kebenaran dan kebatilan.

Didahulukan menjadi imam di antara mereka yang lebih mengenali bacaan al Qur’an, karena orang yang mengenali bacaan al Qur’an adalah orang yang lebih mengenali  hukum agama. Orang yang ahli al Qur’an adalah orang yang mengenali syari’at agama secara keseluruhan. Orang yang mengerti syari’at agama adalah yang unggul derajatnya.

وعن عـا ئشـة رضوان اللـه عـليـهـا : أَنَّ مَنْ قَـرَأَ الـقُـرآنَ فَـلَيْسَ فَـوْقَـهُ أَحَـدٌ.

Sungguh orang yang membaca al Qur’an tak seorang pun yang dapat melebihi derajatnya.

Orang yang hafal al Qur’an memiliki derajat yang sama dengan Nabi, hanya saja mereka tidak diberi wahyu oleh Allah SWT.

قـال عـمـرو بن الـعـاص : مَنْ قَـرَا الـقُـرآنَ فَقَـدْ اَدْرَجَتِ  النُّبُوَّة بَـــيْنَ جَنْبَيْـهِ اِلاَّ أَنـَّهُ لاَيُوحَى اِلَيْـهِ.

Orang yang membaca al Qur’an memiliki derajatkenabian pada dirinya, hanya saja dia tidak diberikan wahyu.

 

Titik berat ajaran dalam al Qur’an adalah :

Menjelaskan tentang kehidupan budi pekerti dan kemasyarakatan.

Sedangkan tujuannya yang terbesar ialah:

Membedakan yang baik dari yang buruk, dan yang bajik dari yang jahat.

 

Nuzulul Qur’an.

Mengetahui turunnnya al Qur’an merupakan asas Iman terhadap al Qur’an.

al Qur’an diturunkan melalui tiga tahap :

1. Al Qur’an diturunkan di Lauhil Mahfudz.

قـال تـعـالى : بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيْدٌ. فِى لَوْحٍ مَحْفُـوظٍ. ( البروج : 21)

    Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al Qur’an yang mulia. Yang tersimpan di lauh mahfudz.

2. Al Qur’an diturunkan ke Baitil ‘Izzah di langit dunia.

قـال تـعـالى :اِنَّا أَنْزَلْـنَاهُ فِى لَيْلَـةُ مُبَـارَكَـةٍ. ( الـدخـان : 3 )

3. Al Qur’an diturunkan  ke dunia, yaitu melalui malaikat Jibril ke hati nabi Muhammad SAW .

قال تـعـالى :وَاِنَّهُ لَتَنْـزِيْلٌ رَبِّ اْلـعَـالمَِيْنَ.   نَزَلَ بِهِ الـرُّوحُ الأَمِينُ. عَـلَى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ اْلمُنْذِرِيْنَ.  بِلِسَـانٍ عَرَبِىٍّ مُبِيْنٍ.

     Dan sesungguhnya al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh tuhanSemesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-ruh Al Amin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad SAW) agar kamu menjadi salah seorang di antara   orang- orang yang memberi peringatan. Dengan Bahasa arab yang jelas.

       Ketiga tahapan dalam turunnya al Qur’an ini menyimpan arti :

       1. Agar al Qur’an dikenali oleh penghuni langit tujuh: sesungguhnya inilah Kitab terakhir yang diturunkan kepada nabi akhir zaman yang turun sekali dalam jumlah utuh dan sekali secara bertahap. Berbeda dengan kitab-kitab terdahulu yang diturunkan sekali waktu dalam jumlah utuh.

       2. Agar terhindar dari keraguan tentang kebaradaan Qur’an, menambah keimanan ummat terhadap Qur’an serta mendorong kekuatan terhadap  Iman kepada al Qur’an. Mengingat, sesungguhnya suara jika direkam berulang-ulang akan menambah kuat dan yakin kebenarannya.

       3.  Mendidik ummat secara bertahap sesuai dengan jenjang waktu dan kondisinya serta mempermudah untuk dihafal dan diingat.

       4.  Menjawab persoalan sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada saat itu. Banyak hikmah lainnya yang tersimpan dibalik kejadian turunnya wahyu ilahi  yang secara bertahap. Di bulan suci Ramadhan ini, merupakan bulan al Qur’an, saatnya kita  bertadabbur kalam ilahi yang merupakan sumber petunjuk kehidupan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Rabu, 10 September 2008

PENENTUAN MALAM LAILATUL QODAR MENURUT SYEH ‘ALA ABI KHASAN ASYADILI

Assalamu’alaikum

saya ucapkan terima kasih pada empunya blog yang telah member ijin kepada saya untuk ikut nimbrung dalam blog ini. Bertepatan dengan bulan romadhon. Mumpung ingat, Saya ingin mengutip sebuah kalimat di kitab

تَشَبُّهُ الصَّغِيرِبالإَكَابِرِ karangan mbah dalhar, watucongol, muntilan, magelang yang salah satunya menerangkan kapan datangnya malam lailatul qodar menurut imam ‘ali abi khasan asy-syadili. Dan salah satu karomah dari imam syadili adalah tidak pernah putus periksa malam lailatul qodar dari baligh sampai meninggal. Sehingga bisa mengatakan :

Bila awal romadhon itu hari ahad, maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 29 Romadhon

Bila awal romadhon itu hari senin, maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 21 Romadhon

Bila awal romadhon itu hari selasa, maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 27 Romadhon

Bila awal romadhon itu hari rabu, maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 19 Romadhon

Bila awal romadhon itu hari kamis, maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 25 Romadhon

Bila awal romadhon itu hari jum’at, maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 17 Romadhon

Bila awal romadhon itu hari sabtu maka malam lailatul qodar jatuh tanggal 23 Romadhon.
wassalam

Kamis, 04 September 2008

Sholat Terawih 20 Rakaat

Shalat Tarawih bagi umat Islam Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap muslim pernah menjalankannya. Pada awal Ramadhan, biasanya masjid atau mushala penuh dengan kaum muslimin dan muslimat yang menjalankan shalat jama’ah isya` sekaligus tarawih. Ada yang menjalankan 8 rakaat, dan ada yang 20 rakaat. Yang terakhir ini termasuk ciri orang NU (Nahdliyyin). Sedang shalat Witir yang diletakkan di akhir biasanya sarna-sarna 3 rakaat, orang NU maupun bukan. 20 rakaat itu serempak dilaksanakan dengan cara dua rakaat salam.

Begitu shalat sunnah rawatib setelah isya` (ba'diyah) usai dikerjakan, bilal mengumumkan tibanya shalat Tarawih dikerjakan, “Marilah shalat Tarawih berjama'ah!” Imam pun maju ke depan, dan sudah dapat ditebak surat yang dibaca setelah al-Fatihah ialah surat at-Takatsur.

Bacaan seperti ini sudah menjadi ciri khusus masjid-masjid atau mushala-mushala NU. Juga sudah dapat ditebak bahwa rakaat kedua setelah al-Fatihah tentu sura Al-Ikhlash. Setelah usai 2 rakaat, ada sela-sela lantunan shalawat yang diserukan “bilal” dan dijawab oleh segenap kaum muslimin.

Begitu shalat tarawih sampai rakaat kedua puluh, bacaan surat sesudah al-Fatihah tentu sudah sampai ke surat al-Lahab dan al-Ikhlash. Tinggal shalat witirnya yang biasa dilakukan 2 rakaat, dan yang kedua satu rakaat, imam biasanya memilih surat al-A’la dan al-Kafirun.

Para imam Tarawih NU umumnya memilih shalat yang tidak perlu bertele-tele. Sebab ada hadits berbunyi: "Di belakang Anda ada orang tua yang punya kepentingan..” Maka, 23 rakaat umumnya shalat Tarawih lengkap dengan Witirnya selesai dalam 45 menit.

Lain halnya shalat di Masjidil Haram, Makah. Di sana, 23 rakaat diselesaikan dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Surat yang dibaca imam ialah ayat -ayat suci Al-Qur’an dari awal, terus berurutan menuju akhir Al-Qur’an. Setiap malam harus diselesaikan kira-kira 1 juz lebih, dengan diperkirakan pada tanggal 29 Ramadhan (dulu setiap tanggal 27 Ramadhan) sudah khatam. Pada malam ke 29 Ramadhan itulah ada tradisi khataman Al-Qur'an dalam shalat Tarawih di Masjidil Haram. Bahkan, di rakaat terakhir imam memanjatkan doa yang menurut ukuran orang Indonesia sangat panjang sebab doa itu bisa sampai 15 menit, doa yang langka dilakukan seorang kiai dengan waktu sepanjang itu, meski di luar shalat sekalipun.

Dan terpapar di kitab Shalat al-Tarawih fi Masjid al-Haram bahwa shalat Tarawih di Masjidil Haram sejak masa Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Usman, dan seterusnya sampai sekarang selalu dilakukan 20 rakaat dan 3 rakaat Witir.

Warga Nahdliyyin yang memilih Tarawih 20 rakaat ini berdasar pada beberapa dalil. Dalam Fiqh as-Sunnah Juz II, hlm 54 disebutkan bahwa mayoritas pakar hukum Islam sepakat dengan riwayat yang menyatakan bahwa kaum muslimin mengerjakan shalat pada zaman Umar, Utsman dan Ali sebanyak 20 rakaat.

Sahabat Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW shalat Tarawih di bulan Ramadhan sendirian sebanyak 20 Rakaat ditambah Witir. (HR Baihaqi dan Thabrani).

Ibnu Hajar menyatakan bahwa Rasulullah shalat bersama kaum muslimin sebanyak 20 rakaat di malam Ramadhan. Ketiga tiba di malam ketiga, orang-orang berkumpul, namun rasulullah tidak keluar. Kemudian paginya beliau bersabda:

خَشِيْتُ أَنْ تَفَرَّضَ عَلَيْكُمْ فَلَا تُطِيْقُونَهَا

Aku takut kalau-kalau tarawih diwajibkan atas kalian, kalian tidak akan mampu melaksanakannya.”

Hadits ini disepakati kesahihannya dan tanpa mengesampingkan hadits lain yang diriwayatkan Aisyah yang tidak menyebutkan rakaatnya. (Dalam hamîsy Muhibah, Juz II, hlm.466-467)

KH MUnawwir Abdul Fattah
Pesantren Krapyak Yogyakarta

Al Qur’an dalam Bulan Ramadhan

Al Qur’an dalam Bulan Ramadhan
Ditulis oleh KH. Misbahuddin Nashan   


Iqra’ (bacalah), merupakan ayat pertama surat al Alaq yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., di Gua Hira’ pada Bulan Ramadhan. Sekarang diperingati sebagai Hari Nuzulul Qur’an setiap Bulan Ramadlan.

Al Qur’an memiliki tiga nama yang masyhur :

1.  Al Qur’an.

قـال تـعـالى : ِانَّ هَـذَا الـقُـرْآنَ يـَــهْدِى لِلَّـتِى هِىَ أَقْـوَمُ  ( الأسـراء : 9 )

 Sesungguhnya al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus.

2.  Al Kitab

قـال عـز وجـل : اَلحَـمْدُ ِللهِ الَّذِى اَنْزَلَ عَـلَى عَـبْدِهِ الـكِـتَابَ وَلَـمْ يَـجْـعَـلْ لَـهُ عِـوَجًـا(الكهف :1)

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menurunkan kepada hambanyaAl-Kitab (al Qur’an) dan dia tidak mengadakan penyimpangan di dalamnya.

 

3.  Alfurqon

قال سبحـانه : تَبَارَكَ الَّذِى نَزَّلَ الْـفُـرْقَـانَ عَـلَى عَـبْدِهِ لِيَـكُوْنَ لِلْـعَـالمَِـيْنَ نَذِيْرًا ( الفرقان : 1 )

Maha suci allah SWT yang telah menurunkan Al-Furqon (al Qur’an) kepada hambanya, agar dia menjadi memberi peringatan seluruh alam.

 

Dinamakan al Qur’an, maknanya : al Qur’an adalah dibaca lisan. Dinamakan Al Kitab karena al Qur’an ditulis dengan pena agar bisa terbaca lisan. Kedua nama ini mengisyaratkan bahwa al Qur’an mesti dijaga bacaannya dan tulisannya. Terjaga dalam otak (dihafal) dan terjaga dalam tulisan (buku). Kedua aspek penjagaan terhadap al Qur’an itulah yang diamanatkan kepada ummat Muhammad SAW agar al Qur’an senantiasa terjaga selamanya tanpa mengalami perubahan seperti yang terjadi pada kitab-kitab terdahulu.

Dinamakan Al Furqon, karena al Qur’an adalah kalam Pemisah antara haq dan batil, atau karena al Qur’an diturunkan secara bertahap dan terpisah antara ayat satu dengan yang lainnya. Terpisah tempatnya dan terpisah waktu diturunkannya.

 

Bulan Ramadhan Dan al Qur’an

Membaca al Qur’an di bulan Ramadhan adalah langkah pendekatan terhadap Allah SWT yang paling utama, karena sesuai dengan waktu diturunkannya di bulan Ramadhan sebagai petunjuk manusia, memberikan penjelasan tentang kebaikan, kebenaran dan kebatilan.

Didahulukan menjadi imam di antara mereka yang lebih mengenali bacaan al Qur’an, karena orang yang mengenali bacaan al Qur’an adalah orang yang lebih mengenali  hukum agama. Orang yang ahli al Qur’an adalah orang yang mengenali syari’at agama secara keseluruhan. Orang yang mengerti syari’at agama adalah yang unggul derajatnya.

وعن عـا ئشـة رضوان اللـه عـليـهـا : أَنَّ مَنْ قَـرَأَ الـقُـرآنَ فَـلَيْسَ فَـوْقَـهُ أَحَـدٌ.

Sungguh orang yang membaca al Qur’an tak seorang pun yang dapat melebihi derajatnya.

Orang yang hafal al Qur’an memiliki derajat yang sama dengan Nabi, hanya saja mereka tidak diberi wahyu oleh Allah SWT.

قـال عـمـرو بن الـعـاص : مَنْ قَـرَا الـقُـرآنَ فَقَـدْ اَدْرَجَتِ  النُّبُوَّة بَـــيْنَ جَنْبَيْـهِ اِلاَّ أَنـَّهُ لاَيُوحَى اِلَيْـهِ.

Orang yang membaca al Qur’an memiliki derajatkenabian pada dirinya, hanya saja dia tidak diberikan wahyu.

 

Titik berat ajaran dalam al Qur’an adalah :

Menjelaskan tentang kehidupan budi pekerti dan kemasyarakatan.

Sedangkan tujuannya yang terbesar ialah:

Membedakan yang baik dari yang buruk, dan yang bajik dari yang jahat.

 

Nuzulul Qur’an.

Mengetahui turunnnya al Qur’an merupakan asas Iman terhadap al Qur’an.

al Qur’an diturunkan melalui tiga tahap :

1. Al Qur’an diturunkan di Lauhil Mahfudz.

قـال تـعـالى : بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيْدٌ. فِى لَوْحٍ مَحْفُـوظٍ. ( البروج : 21)

    Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al Qur’an yang mulia. Yang tersimpan di lauh mahfudz.

2. Al Qur’an diturunkan ke Baitil ‘Izzah di langit dunia.

قـال تـعـالى :اِنَّا أَنْزَلْـنَاهُ فِى لَيْلَـةُ مُبَـارَكَـةٍ. ( الـدخـان : 3 )

3. Al Qur’an diturunkan  ke dunia, yaitu melalui malaikat Jibril ke hati nabi Muhammad SAW .

قال تـعـالى :وَاِنَّهُ لَتَنْـزِيْلٌ رَبِّ اْلـعَـالمَِيْنَ.   نَزَلَ بِهِ الـرُّوحُ الأَمِينُ. عَـلَى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ اْلمُنْذِرِيْنَ.  بِلِسَـانٍ عَرَبِىٍّ مُبِيْنٍ.

     Dan sesungguhnya al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh tuhanSemesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-ruh Al Amin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad SAW) agar kamu menjadi salah seorang di antara   orang- orang yang memberi peringatan. Dengan Bahasa arab yang jelas.

       Ketiga tahapan dalam turunnya al Qur’an ini menyimpan arti :

       1. Agar al Qur’an dikenali oleh penghuni langit tujuh: sesungguhnya inilah Kitab terakhir yang diturunkan kepada nabi akhir zaman yang turun sekali dalam jumlah utuh dan sekali secara bertahap. Berbeda dengan kitab-kitab terdahulu yang diturunkan sekali waktu dalam jumlah utuh.

       2. Agar terhindar dari keraguan tentang kebaradaan Qur’an, menambah keimanan ummat terhadap Qur’an serta mendorong kekuatan terhadap  Iman kepada al Qur’an. Mengingat, sesungguhnya suara jika direkam berulang-ulang akan menambah kuat dan yakin kebenarannya.

       3.  Mendidik ummat secara bertahap sesuai dengan jenjang waktu dan kondisinya serta mempermudah untuk dihafal dan diingat.

       4.  Menjawab persoalan sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada saat itu. Banyak hikmah lainnya yang tersimpan dibalik kejadian turunnya wahyu ilahi  yang secara bertahap. Di bulan suci Ramadhan ini, merupakan bulan al Qur’an, saatnya kita  bertadabbur kalam ilahi yang merupakan sumber petunjuk kehidupan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.